Photo by Taylor Smith from Unsplash |
Sadarilah bahwa kamu lebih dari penampilan kamu
Body checking adalah kebiasaan mengkoreksi atau mengamati anggota tubuh
sendiri secara teratur yang pada akhirnya sering menyebabkan obsesi untuk
memiliki tubuh yang lebih ideal. Seperti mengukur ukuran perut, lengan, paha,
pinggang hingga membanding-bandingkan persepsi orang terhadap tubuhnya dengan
orang lain.
Disadari atau tidak, kita pasti pernah melakukannya, bukan?
Peduli terhadap penampilan memang perlu, namun jika kebiasaan tersebut
menyita banyak waktu, perhatian, dan
bersifat kompulsif, tentu bisa menimbukan masalah. Beberapa dampak yang
biasanya timbul dari body checking adalah meningkatnya ketidakpuasan, kecemasan
hingga depresi.
Nah, jika kebiasaan ini dirasa semakin tidak masuk akal, berikut cara yang bisa kamu terapkan untuk menghentikanya. Simak yuk!
1. Lacak seberapa sering kamu melakukannya dalam setiap harinya
Memperhatikan seberapa sering kamu melakukan body checking setiap hari,
bisa jadi langkah pertama yang perlu kamu lakukan. Menurut Jessica Sprengle,
seorang terapis profesional berlisensi, hal ini akan membantu seseorang
menyadari bahwa mereka melakukannya lebih banyak dari yang dikira. Catatlah
setiap kali kamu melakukannya dalam satu hari, 24 jam, hingga satu minggu untuk
mengevaluasi.
2. Ajukan pertanyaan pada diri sendiri
Setelah menyadari seberapa sering kamu melakukannya, metode pelacakan selanjutnya
adalah dengan mengajukan pertanyaan sederhana kepada diri sendiri untuk
menantang pola pikir dan perilaku kamu.
Menurut Claire Fountain, seorang instruktur yoga sekaligus wellbeing
influencer, pertanyaan seperti “bisakah saya menghentikan kebiasaan ini dan
merasa benar-benar baik-baik saja dengan diri sendiri?”, bisa membantu kamu
memusatkan perhatian.
Kamu juga bisa mempertanyakan apa motivasi melakukan kebiasaan tersebut.
Seperti “apa yang saya harapkan dari kebiasaan ini?”, “adakah yang berubah
sejak terakhir kali melakukan kebiasaan ini” dan lain sebagainya. Dengan
begitu, kamu mungkin lebih mudah mengurangi frekuensi melakukannya.
3. Melakukan penghindaran tubuh dari cermin atau apapun yang biasa
kamu gunakan untuk body checking
Disadari atau tidak, Ketika kita terus menerus bercermin atau menimbang
berat badan untuk body checking, kerap kali kita juga melontarkan kritik maupun
penilaian kurang memuaskan terhadap diri sendiri. Seperti “kok jadi makin
gemuk, ya?”, “kok rasanya pipi makin chubby?”, “duh makin kurus nih!”, dan banyak
koreksi lainnya.
Meskipun hal tersebut baik untuk evaluasi diri, namun juga perlu
keseimbangan dalam melakukannya. Seimbangkanlah antara proses pengecekan tubuh
dengan penghindaran tubuh. Menurut Lisa Diers, RDN, ahli diet dan terapis yoga
terdaftar, hal ini akan membantu menghilangkan pemicu awal serta menemukan
kedamaian.
4. Beristirahat sejenak dari media sosial
Baik langsung maupun tidak langsung, penggunaan media sosial memang
seringkali memicu timbulnya rasa iri ataupun obsesi terhadap orang lain.
Terutama soal penampilan. Kita menjadi lebih sering membanding-bandingkan diri
dengan orang lain dan merasa kurang puas dengan citra diri yang dimiliki.
Gak heran, jika media sosial menjadi faktor pemicu terbesar mengapa
seseorang melakukan kebiasaan body checking di era digital saat ini. Untuk
mencegah dampak yang lebih buruk, Sprengle menyarankan untuk menonaktifkan
media sosial sementara waktu. Hal ini akan
membantu memutus obsesi dan perbandingan terus-menerus.
5. Sadarilah bahwa kamu lebih dari penampilan kamu
Terobsesi pada hal yang konstan hanya akan meningkatkan stres dan
kecemasan yang tidak perlu. Cobalah untuk melakukan penerimaan diri dan
bersyukur atas apa yang kita miliki. Karena kamu lebih dari sekedar penampilan
fisik. Sadarilah bahwa kecantikan yang sebenarnya berasal dari dalam diri, dan ketika itu
dipupuk akan memunculkan keindahan yang lebih bersinar.
Nah itulah cara yang bisa kamu terapkan untuk mulai stop kebiasaan
merusak, body checking. Yuk mulai menjalani hdup yang lebih damai dan bahagia.
Baca juga : 5 Cara Praktikkan Self-Talk Positif untuk Hidup Lebih Tenang dan Bahagia
No comments:
Post a Comment