5 Tips Bijak Sharenting, Posting Foto Anak di Media Sosial Tanpa Membahayakan Masa Depannya

Friday, July 17, 2020

Image by Daria Shevtsova from Pexels


Hargai hak dan privasi anak, yuk Mom!

Memposting foto anak di media sosial atau biasa disebut “sharenting”, kini memang menjadi tren yang banyak dilakukan para orangtua. Entah karena tidak ingin kehilangan momen berharga, atau sekadar berbagi keseruan bersama anak mereka. Sayangnya, perilaku ini bisa berdampak buruk bagi masa depan anak, lho.

Beberapa ahli menyebutkan, memposting foto anak di media sosial bisa melanggar hak privasi anak, memicu timbulnya kejahatan, bahkan bullying terhadap anak di masa dewasanya. Nah, biar sharenting aman buat anak, berikut tips yang bisa dilakukan.

1. Meminta persetujuan anak sebelum posting apapun tentang mereka

Perkembangan teknologi memang memfasilitasi siapapun untuk berbagi foto atau video secara mudah. Termasuk para orangtua yang gemar membagikan foto/video anak-anak mereka yang lucu dan menggemaskan.

Namun disadari atau tidak, perilaku sharenting ternyata juga bisa merampas hak dan privasi anak. Perilaku ini seakan memaksa anak-anak masuk dalam kehidupan digital yang sama sekali tidak mereka pahami atau bahkan inginkan.

Dr Wayne Warburton, Asosiasi Profesor psikologi Universitas Macquarie, menyarankan orangtua untuk selalu mempertimbangkan konten yang akan diposting dan mengajak anak berkomunikasi tentang dampak jangka panjangnya. Psikologi klinis, Genevieve Von Lob, juga menyarankan orangtua untuk mulai berpikir dan meminta izin anak-anak sebelum memposting gambar mereka.

Warburton juga menambahkan bahwa perilaku anak cenderung mencontoh apa yang dilakukan orangtua. Jika orangtua bijaksana dan berhati-hati tentang apa yang dipostingnya secara online, anak pun demikian. Namun jika orangtua mengesampingkan hal ini, bisa saja anak tumbuh dengan kesadaran akan privasi yang rendah.

2. Memikirkan perasaan anak saat mereka dewasa

Melihat tingkah anak yang lucu nan menggemaskan, memang sangat menggoda untuk dibagikan di media sosial. Namun, pernahkah kalian memikirkan bagaimana perasaan anak ketika foto-foto masa kecilnya, saat ia sedang menangis, marah, atau ganti popok dibagikan online di jangkauan yang bahkan kita sendiri tidak bisa menjangkaunya?

Tingkah anak-anak yang menghibur saat kecil, belum tentu juga menghibur bagi dirinya sendiri saat ia dewasa. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk selalu mempertimbangkan perasaan anak di masa depan sebelum sharenting. Apakah mereka akan merasa malu, cemas, atau jengkel dengan adanya postingan tersebut di media online?

Dilansir dari forbes, sebaiknya orangtua perlu berpikir apa manfaat postingan ini bagi kehidupan anak di masa sekarang dan  masa depan. Mengingat jejaring online yang penuh ketidakpastian, kita sama sekali tidak pernah tahu konsekuensi dari unggahan tersebut di masa mendatang.

3. Mempertimbangkan jejak digital foto anak di internet

Ketika memposting foto atau video anak di media sosial, pernahkah kalian mempertimbangkan jejak digital dari aktivitas tersebut? Jejak digital adalah jejak yang ditinggalkan di dunia maya oleh pengguna internet.

Dimana jejak ini bisa diakses oleh siapa, kapan, dan dimana saja. Termasuk ketika anak sudah memasuki usia dewasa dan memahami dunia teknologi. Mereka maupun oranglain bisa melacak informasi tersebut dengan mudah dan leluasa.

Yang perlu dipertimbangkan adalah, bagaimana jika jejak digital tersebut berdampak pada kehidupan nyata anak di masa depannya? Bagaimana jika postingan yang dilakukan oleh orangtua tersebut menyebabkan perilaku diskriminasi atau bullying terhadap anak? atau bahkan berdampak pada reputasi profesionalnya serta prospek masa depan lainnya?.

4. Tidak menunjukkan aktivitas harian anak

Sebagian orangtua mungkin menghindari untuk tidak memposting foto telanjang anak. Namun tidak sedikit dari mereka yang mengabaikan hal lain yang seharusnya juga dihindari saat berbagi tentang anak. Seperti foto seragam sekolah, informasi lokasi, maupun rutinitas harian anak.

Bex Lewis, seorang penulis “Raising Children In A Digital  Age”, juga menyarankan untuk tidak berbagi foto anak ketika mengenakan seragam sekolahnya. Selain itu juga sebaiknya menghindari foto yang menunjukkan pola reguler anak setiap hari. Karena hal ini bisa memicu tindak kejahatan dari informasi yang kita bagikan di media sosial.

5. Berpikir kritis tentang segala kemungkinan yang mungkin terjadi

Anak tidak pernah memilih untuk berada di internet atau tidak di usianya yang sangat dini. Namun, tren sharenting seakan memaksa mereka masuk ke dunia digital yang sangat luas dan penuh ketidakpastian ini. Sementara kemungkinan bahaya juga selalu berubah setiap waktu.

Oleh karena itu, sebagai orangtua di era digital, sebaiknya selalu berpikir kritis dan bijaksana tentang kehidupan digital saat ini. Profesor Leah Plunkett, dari Universitas New Hampshire juga menyarankan orangtua untuk sebaiknya tahu lebih baik, bahkan jika kita tidak tahu apa yang sebenarnya kita lakukan.

Itulah beberapa hal yang sebaiknya orangtua pertimbangkan sebelum sharenting. Karena bukan hanya kita sebagai orang dewasa, anak-anak juga memiliki hak dan privasi yang harus dijaga.



No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS