Image by andreasfuchs8732 from Pixabay |
Jangan mengatakan “anjing kesayanganmu sedang tidur lelap”
Ketika seorang anak kecil kehilangan orang
atau hewan kesayangannya karena kematian, banyak orang tua yang mengalami
kesulitas untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Di lain sisi ingin
melindungi anak dari rasa kehilangan, dan di sisi lain anak juga harus mengetahui
kebenaran.
Anak-anak sangat peka dengan lingkungan sekitarnya. Bahkan mereka mengetahui lebih banyak dari yang kita duga. Mereka mungkin tidak mengerti kematian itu permanen, namun bisa merasakan bahwa sesuatu yang menyedihkan sedang terjadi. Nah, bagaimana cara yang tepat untuk menjelaskannya? Yuk simak ulasan berikut!.
1. Berbicara jujur dan konkrit, jangan eufimisme
Menjelaskan kematian pada anak usia
dini dengan bahasa eufimisme (memperhalus bahasa yang dirasa kasar), seperti, tidur,
pergi, atau hilang, hanya akan membuat anak kebingungan dan ketakutan. Psikolog
Rosemarie Truglio, mengatakan berilah informasi yang konkrit tentang kematian
pada anak.
Kamu bisa menjelaskan tentang
kematian dengan menguraikan apa yang terjadi pada tubuh saat orang meninggal. Seperti,
“ketika seseorang mati, jantung mereka berhenti, tubuhnya juga berhenti
bekerja, tidak makan, tidak bisa jalan, dan juga tidak bisa bernapas”.
Jangan mengatakan “Dogy, anjing
kesayanganmu, sedang tertidur lelap”, “nenek sudah pergi jauh”. Dimana hal ini
dapat mengirimkan pesan yang salah pada anak. Orang meninggal tidak tertidur,
pun melakukan perjalanan. Ketika anak tidak diberi pemahaman yang tepat,
imajinasi mereka bisa jauh lebih buruk.
2. Menawarkan tanya jawab apapun yang ingin mereka ketahui
Saat mengalami kesedihan yang
traumatis, anak tidak membutuhkan semua detail tentang kematian. Mereka hanya
membutuhkan penjelasan yang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya.
Oleh karena itu, Konselor profesional
berlisensi, Tammy Lewis Wilborn, menyarankan untuk memulai dengan mengajukan
pertanyaan atau menawarkan menjawab pertanyaan apa pun yang mungkin mereka
ingin ketahui. Dengan begitu, mereka lebih mudah memahami apa yang terjadi.
3. Yakinkan bahwa mereka akan selalu diperhatikan
Tak hanya orang dewasa, anak-anak
juga bisa merasakan kehancuran dan ketidakstabilan saat kehilangan. Bukan
karena seseorang tersebut tidak ada dalam hidupnya, namun hal itu menimbulkan
ketakutan yang mendalam tentang kesendirian atau perasaan ditinggalkan.
Anak-anak merespon kehilangan dengan
cara yang berbeda-beda. Pada intinya, yang mereka inginkan adalah perhatian dan
dukungan dari orang dewasa. Pastikan mereka mengetahui ada banyak orang dalam
hidupnya yang peduli, mendukung, mau mendengar, menjawab pertanyaan, dan siap
menemani.
4. Menunjukkan emosi kesedihan pada anak
Berbeda dengan orang dewasa, emosi
kesedihan anak biasanya tidak terungkapkan. Mereka menangis dan merasa sedih,
lalu melanjutkan bermain kembali. Anak-anak memiliki rentang kesedihan yang
singkat
Psikolog Truglio mengatakan bahwa
penting bagi anak untuk melihat orang tua bersedih. Karena hal ini dapat
membantunya mengungkapkan perasaanya.
5. Beri anak pilihan untuk mengikuti ritual
kematian atau tidak
Bentuk lain mengkomunikasikan
kematian pada anak adalah dengan memberikan pilihan pada mereka, apakah ingin
berpartisipasi dalam ritual kematian atau tidak. Jangan pernah memaksa anak
untuk harus terlibat atau bahkan tak terlibat. Biarkan mereka menentukannya
sendiri. Hal ini dapat membantu mereka mendapatkan kontrol atas kesedihannya.
Nah, itulah hal yang bisa dilakukan
untuk menjelaskan tentang kematian pada anak. Jangan lagi mengatakan bahwa
orang meninggal itu tidur, ya!
No comments:
Post a Comment