Jangan Berbohong, Ini 5 Cara Bicara Kematian pada Anak Usia Dini

Monday, July 20, 2020

Image by andreasfuchs8732 from Pixabay


Jangan mengatakan “anjing kesayanganmu sedang tidur lelap”

Ketika seorang anak kecil kehilangan orang atau hewan kesayangannya karena kematian, banyak orang tua yang mengalami kesulitas untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Di lain sisi ingin melindungi anak dari rasa kehilangan, dan di sisi lain anak juga harus mengetahui kebenaran.  

Anak-anak sangat peka dengan lingkungan sekitarnya. Bahkan mereka mengetahui lebih banyak dari yang kita duga. Mereka mungkin tidak mengerti kematian itu permanen, namun bisa merasakan bahwa sesuatu yang menyedihkan sedang terjadi. Nah, bagaimana cara yang tepat untuk menjelaskannya? Yuk simak ulasan berikut!.

1. Berbicara jujur dan konkrit, jangan eufimisme

Menjelaskan kematian pada anak usia dini dengan bahasa eufimisme (memperhalus bahasa yang dirasa kasar), seperti, tidur, pergi, atau hilang, hanya akan membuat anak kebingungan dan ketakutan. Psikolog Rosemarie Truglio, mengatakan berilah informasi yang konkrit tentang kematian pada anak.

Kamu bisa menjelaskan tentang kematian dengan menguraikan apa yang terjadi pada tubuh saat orang meninggal. Seperti, “ketika seseorang mati, jantung mereka berhenti, tubuhnya juga berhenti bekerja, tidak makan, tidak bisa jalan, dan juga tidak bisa bernapas”.

Jangan mengatakan “Dogy, anjing kesayanganmu, sedang tertidur lelap”, “nenek sudah pergi jauh”. Dimana hal ini dapat mengirimkan pesan yang salah pada anak. Orang meninggal tidak tertidur, pun melakukan perjalanan. Ketika anak tidak diberi pemahaman yang tepat, imajinasi mereka bisa jauh lebih buruk.

2. Menawarkan tanya jawab apapun yang ingin mereka ketahui

Saat mengalami kesedihan yang traumatis, anak tidak membutuhkan semua detail tentang kematian. Mereka hanya membutuhkan penjelasan yang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya.

Oleh karena itu, Konselor profesional berlisensi, Tammy Lewis Wilborn, menyarankan untuk memulai dengan mengajukan pertanyaan atau menawarkan menjawab pertanyaan apa pun yang mungkin mereka ingin ketahui. Dengan begitu, mereka lebih mudah memahami apa yang terjadi.

3. Yakinkan bahwa mereka akan selalu diperhatikan

Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa merasakan kehancuran dan ketidakstabilan saat kehilangan. Bukan karena seseorang tersebut tidak ada dalam hidupnya, namun hal itu menimbulkan ketakutan yang mendalam tentang kesendirian atau perasaan ditinggalkan.

Anak-anak merespon kehilangan dengan cara yang berbeda-beda. Pada intinya, yang mereka inginkan adalah perhatian dan dukungan dari orang dewasa. Pastikan mereka mengetahui ada banyak orang dalam hidupnya yang peduli, mendukung, mau mendengar, menjawab pertanyaan, dan siap menemani.

4. Menunjukkan emosi kesedihan pada anak

Berbeda dengan orang dewasa, emosi kesedihan anak biasanya tidak terungkapkan. Mereka menangis dan merasa sedih, lalu melanjutkan bermain kembali. Anak-anak memiliki rentang kesedihan yang singkat

Psikolog Truglio mengatakan bahwa penting bagi anak untuk melihat orang tua bersedih. Karena hal ini dapat membantunya mengungkapkan perasaanya.

5. Beri anak pilihan untuk mengikuti ritual kematian atau tidak

Bentuk lain mengkomunikasikan kematian pada anak adalah dengan memberikan pilihan pada mereka, apakah ingin berpartisipasi dalam ritual kematian atau tidak. Jangan pernah memaksa anak untuk harus terlibat atau bahkan tak terlibat. Biarkan mereka menentukannya sendiri. Hal ini dapat membantu mereka mendapatkan kontrol atas kesedihannya.

Nah, itulah hal yang bisa dilakukan untuk menjelaskan tentang kematian pada anak. Jangan lagi mengatakan bahwa orang meninggal itu tidur, ya!

 


No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS