Berani Lawan Bullying, Ini 5 Cara Ajarkan Anak Jadi Upstander

Tuesday, July 28, 2020

Image by Victoria_Borodinova from Pixabay

Biar bullying tidak terus merajalela

Tahukah kamu apa itu upstander? yah, upstander adalah seseorang yang memiliki keberanian untuk membela orang lain ketika mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Misalnya, ada teman yang mendapatkan perlakuan bullying, si upstander akan bertindak dengan sigap untuk menghentikannya.

Selain itu, anak upstander juga akan punya privilege mampu melindungi diri sendiri ketika mengalami hal yang sama. Sehingga mereka punya kendali dalam menghadapi ketidakadilan yang mungkin dialaminya. Nah, apa saja yang bisa orang tua lakukan untuk mengajarkannya pada anak? Yuk simak tipsnya berikut ini.

1. Ajarkan anak rasa empati

Seseorang yang berani bergerak untuk orang lain adalah mereka yang mempunyai rasa empati pada dirinya. Michele Borba, psikolog pendidikan dan penulis berbagai buku pengasuhan, mengatakan bahwa untuk menumbuhkan empati adalah dengan “melek” emosi.

Anda bisa mengajarkan anak dengan memberi contoh langsung bagaimana Anda berempati pada orang lain. Selain itu, bantu anak mengidentifikasi perasaan mereka sendiri. Sehingga mereka mudah mengenali emosi orang lain dan memahaminya.

2. Menanamkan Kepribadian yang teguh dan pemberani

Mengajarkan anak menjadi pribadi yang teguh dan berani adalah pendekatan moral yang akan sangat membantu di masa depannya. Tanamkan nilai bahwa mereka tidak akan diam saat melihat sesuatu yang salah terjadi, membela diri tanpa menyakiti, dan menjadi yang pertama bertindak jika ada perilaku intimidasi atau yang tidak benar terjadi.

3. Memberikan pemahaman pada anak tentang situasi intimidasi

Untuk menjadi upstander, anak perlu mengenali seperti apa perilaku intimidasi dan kapan seseorang membutuhkan bantuan. Anda bisa menjelaskan bahwa bullying adalah perilaku penindasan yang disengaja. Dimana pelaku akan bersenang-senang saat melakukannya dan korban mengalami penderitaaan.

Selain itu, orang tua juga bisa mengajak anak bermain peran tentang penindasan untuk lebih meyakinkannya. Anda juga bisa memanfaaatkan media tontonan seperti televisi untuk mengenalkan perilaku tersebut pada anak. Ketika mereka telah memahami bagaimana bullying terjadi, anak akan berpikir apa yang akan mereka lakukan dalam situasi tersebut.

4. Mengajarkan anak strategi khusus membela teman yang terintimidasi

Saat membela korban bullying, tak jarang upstander juga mengalami intimidasi yang sama. Oleh karena itu, penting mengajarkan keterampilan atau strategi khusus bagaimana cara aman menyelamatkan teman dari perilaku bulyying tanpa turut menjadi korban.

Dalam hal ini, orang tua perlu memahami tingkat temperan anak untuk mengetahui cara yang mungkin berhasil. Beberapa anak mungkin nyaman menggunakan pendekatan langsung, seperti memperingatkan pelaku “Hei, ini tidak baik. Kamu bisa diskors!”. Namun beberapa lainnya, mungkin akan berhasil dengan cara menciptakan gangguan untuk mengalihkan fokus pelaku.

5. Ajarkan anak untuk melapor dan meminta bantuan ketika dibutuhkan

Kebanyakan anak tidak melaporkan atau meminta bantuan saat terjadi bullying. Entah karena alasan takut atau bahkan tidak mendapat dukungan dari orang dewasa. Orangtua sebaiknya mendengarkan dan segera melakukan sesuatu ketika anak melaporkan intimidasi yang dialami atau dilihatnya.

Tekankan bahwa keselamatan adalah hal yang paling utama. Beri tahu anak untuk tidak takut melaporkan atau meminta bantuan ketika dibutuhkan. Anda juga bisa membantu mereka mengidentifikasi orang dewasa di sekitarnya yang bisa membantu ketika terjadi bullying.

Perilaku bullying masih marak terjadi hingga saat ini. Membentuk karakter anti-bullying adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau menghentikannya. Yuk, stop bullying!


No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS