Image by Victoria_Borodinova from Pixabay
Biar bullying tidak terus
merajalela
Tahukah
kamu apa itu upstander? yah, upstander adalah seseorang yang memiliki
keberanian untuk membela orang lain ketika mendapatkan perlakuan yang tidak
adil. Misalnya, ada teman yang mendapatkan perlakuan bullying, si upstander akan bertindak dengan sigap untuk
menghentikannya.
Selain itu, anak upstander juga akan punya privilege mampu melindungi diri sendiri ketika mengalami hal yang sama. Sehingga mereka punya kendali dalam menghadapi ketidakadilan yang mungkin dialaminya. Nah, apa saja yang bisa orang tua lakukan untuk mengajarkannya pada anak? Yuk simak tipsnya berikut ini.
1.
Ajarkan anak rasa empati
Seseorang
yang berani bergerak untuk orang lain adalah mereka yang mempunyai rasa empati
pada dirinya. Michele Borba, psikolog pendidikan dan penulis berbagai buku
pengasuhan, mengatakan bahwa untuk menumbuhkan empati adalah dengan “melek”
emosi.
Anda
bisa mengajarkan anak dengan memberi contoh langsung bagaimana Anda berempati
pada orang lain. Selain itu, bantu
anak mengidentifikasi perasaan mereka sendiri. Sehingga
mereka mudah mengenali emosi orang lain dan memahaminya.
2.
Menanamkan Kepribadian yang teguh dan pemberani
Mengajarkan
anak menjadi pribadi yang teguh dan berani adalah pendekatan moral yang akan
sangat membantu di masa depannya. Tanamkan nilai bahwa mereka tidak akan diam
saat melihat sesuatu yang salah terjadi, membela diri tanpa menyakiti, dan
menjadi yang pertama bertindak jika ada perilaku intimidasi atau yang tidak
benar terjadi.
3.
Memberikan pemahaman pada anak tentang situasi intimidasi
Untuk
menjadi upstander, anak perlu mengenali seperti apa perilaku intimidasi dan
kapan seseorang membutuhkan bantuan. Anda bisa menjelaskan bahwa bullying
adalah perilaku penindasan yang disengaja. Dimana pelaku akan bersenang-senang
saat melakukannya dan korban mengalami penderitaaan.
Selain
itu, orang tua juga bisa mengajak anak bermain peran tentang penindasan untuk
lebih meyakinkannya. Anda juga bisa memanfaaatkan media tontonan seperti
televisi untuk mengenalkan perilaku tersebut pada anak. Ketika mereka telah
memahami bagaimana bullying terjadi, anak akan berpikir apa yang akan mereka
lakukan dalam situasi tersebut.
4.
Mengajarkan anak strategi khusus membela teman yang terintimidasi
Saat
membela korban bullying, tak jarang upstander juga mengalami intimidasi yang
sama. Oleh karena itu, penting mengajarkan keterampilan atau strategi khusus
bagaimana cara aman menyelamatkan teman dari perilaku bulyying tanpa turut
menjadi korban.
Dalam
hal ini, orang tua perlu memahami tingkat temperan anak untuk mengetahui cara
yang mungkin berhasil. Beberapa anak mungkin nyaman menggunakan pendekatan
langsung, seperti memperingatkan pelaku “Hei, ini tidak baik. Kamu bisa
diskors!”. Namun beberapa lainnya, mungkin akan berhasil dengan cara
menciptakan gangguan untuk mengalihkan fokus pelaku.
5.
Ajarkan anak untuk melapor dan meminta bantuan ketika dibutuhkan
Kebanyakan
anak tidak melaporkan atau meminta bantuan saat terjadi bullying. Entah karena
alasan takut atau bahkan tidak mendapat dukungan dari orang dewasa. Orangtua
sebaiknya mendengarkan dan segera melakukan sesuatu ketika anak melaporkan
intimidasi yang dialami atau dilihatnya.
Tekankan
bahwa keselamatan adalah hal yang paling utama. Beri tahu anak untuk tidak
takut melaporkan atau meminta bantuan ketika dibutuhkan. Anda juga bisa
membantu mereka mengidentifikasi orang dewasa di sekitarnya yang bisa membantu ketika
terjadi bullying.
Perilaku bullying masih marak terjadi hingga
saat ini. Membentuk karakter anti-bullying adalah salah satu cara yang bisa
dilakukan untuk mengurangi atau menghentikannya. Yuk, stop
bullying!
No comments:
Post a Comment